SUCI AFRIDILA
XI.A.1
R-SMA-BI-NEGERI
3 TELADAN BUKITTINGGI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
A. RESENSI
a. Judul
: Hafalan Shalat Delisa
b. Pengarang
: Tere Liye
c. Penerbit :
Jakarta: Penerbit Repubika
d. Tahun
Terbit :
2008
e. Jumlah
Halaman : vi+368 halaman 20.5 x 13.5 cm
f. Cetakan :
XI, Februari 2010
B. SINOPSIS
Novel
Hafalan Shalat Delisa merupakan hasil imajinasi dari seorang Tere Liye yang
begitu mengagumkan. Menceritakan tentang seorang gadis kecil bernama Delisa
yang oenuh keceriaan sebelum tsunami merenggut semua yang ia miliki. Melalui
buku ini Tere Liye hendak meyentil sebagaian orang yang selama ini beribadah
hanya karena sebuah hadiah atau pujian.
Para
penikmat novel atau pun orang biasa akan beranggapan novel ini begitu indah
baik dari segi tata bahasa maupun dari segi pengaturan kejadiannya sendiri.
Meminjam istilah dari Buya Hamka “Yang pergi ke sana adalah jiwaku, bukan
fisikku…” dan Tere Liye berhasil menghadirkan hasil dari imajinasinya ketika
menyaksikan berita berita tsunami di televisi menjadi sebuah novel yang banyak
memberi inspirasi.
Dalam
novel Hafalan Shalat Delisa, Tere Liye mengulas mengenai seorang gadis cilik
yang begitu ceria dan penuh semangat yang harus kehilangan kaki nya kerena
bencana tsunami yang menerjang kampung halaman nya Aceh yang tepatnya di Lhok
Nga. Delisa, gadis kecil yang memiliki paras indah dengan mata hijaunya harus
ikhlas merelakan keluarga yang ia cintai meninggalkan dia ketika tsunami
terjadi.
Delisa,
demikian tokoh uama dalam novel ini hidup dalam keluarga yang betul betul
menerapkan ajaran Islam dalam keseharian mereka. Memiliki Ummi yang selalu
memimpin shalat berjamaah ketika Abi nya bekerja di sebuah kapal milik
perusahaan asing yang membuat ia hanya bertemu sekali tiga bulan dengan Abi
nya. Ummi Salamah menjanjikan sebuah kalung dengan liontin huruf D apabila
Delisa berhasil menghafal bacaan shalatnya.
Delisa
yang sedang bersemangatnya menghafal bacaan shalat nya untuk dilaporkan kepada
gurunya, tapi malang bagi Delisa 24 Desember 2004 ketika ia sedang khusyuk
membaca bacaan shalatnya, gempa bumi yang begitu kuat dan diikuti tsunami tak
menyurutkan niat nya untuk sempurnya bersujud dihadapan Mu.
Abi
Usman yang merupakan ayah Delisa yang mengetahui hal ini bergegas pulang ke
Lhok Nga untuk mencari anak dan istrinya. Malangnya, tak satu pun keluarganya
yang ditemukan selamat anak dan 3 istrinya meninggal diterjang tsunami,
sementara Delisa tidak diketahui keberadaannya. Delisa yang ditemukan oleh
seorang tentara AS yang kemudian memeluk agama Islam karena menyaksikan karunia
Tuhan bahwa seorang anak kecil yang terdampar selama 6 hari setelah tsunami
masih bisa bertahan hidup. Delisa harus kehilangan kaki sebelah kanan nya tapi
itu tak menyurutkan semangatnya meskipun pada awalnya Delisa sempat trauma
melihat air.
Bersama
Abi, Delisa bertahan hidup di tengah puing-puing bekas tsunami. Delisa yang
begitu polosnya terlihat begitu mudah melupakan kejadian yang telah merenggut
Ummi,kakak,sahabat dan orang-orang yang ia cintai. Hidup berdua dengan Abi nya
membuat Delisa lebih cepat dewasa dibandingkan umurnya yang masih 6 tahun.
Kehidupan mereka terasa begitu berat tidak ada lagi keluarga yang utuh seperti
dulu tapi mereka sudah mengikhlaskan semuanya.
Delisa
yang begitu polos dan lugu yang bias menerima kenyataan pahit ketika harus
kehilangan orang tua,kakak,sahabat dan orang-orang yang ia kasihi karena
tsunami tak pernah berputus asa, ia tetap melanjutkan hidup dengan gaya nya
yang begitu menggemaskan. Dan akhirnya ia bisa memahami bahwa Ummi nya tak akan
pernah kembali lagi ke dunia ini. Dan ia pun telah melupakan hadiah kalung dari
Ummi karena Delisa hanya ingin shalat dengan benar.
Melalui
novel ini, Tere Liye hendak memberitahukan sebuah arti kehidupan yang mungkin
tak bias kita terima dengan lapang dada. Tapi bagi Delisa, hal itu begitu mudah
karena ia mengerti akan arti kehidupan itu sendiri. Maka kita perlu memahami
bahwa hidup ini sungguh sederhana, rasa ikhlas,ketulusan hati,terus memperbaiki
diri,senantiasa bersyukur akan membuat kita lebih menghargai hidup.
C.
UNSUR
INTRINSIK NOVEL
a. Tema :
Arti sebuah keikhlasan dalam kehidupan
b. Alur :
Maju
c. Penokohan :
1. Delisa : Gadis kecil yang ceria,lugu,polos,cantik,memilki
semangat yang tinggi untuk menjalani hidupnya.
2. Ummi Salamah : Sosok ibu yang member teladan dan penuh
kelembutan.
3. Abi Usman : Ayah Delisa yang selalu setia mendampingi
Delisa yang berjuang menggantikan peran
ibu dan kakak bagi Delisa.
4. Fatimah
: Kakak pertama Delisa yang bercita-cita menjadi seorang penyair.
5. Aisyah dan Zahra : Kembar yang jauh sekali
sifat nya, tapi selalu memberikan kejutan
untuk Delisa dan keluarga mereka.
6. Ustad Rahman : Guru mengaji Delisa yang selalu sabar
menghadapi berbagai macam pertanyaan Delisa.
7. Umam dan Tiur : Sahabat Delisa.
d.
Sudut
pandang : Orang kedua pelaku utama.
e.
Latar
belakan :
*
Waktu : 26 desember 2004.
*
Tempat : Pantai, Lhok Nga.
*
Suasana : Sedih, mengharukan.
f.
Gaya bahasa : Ironi
g.
Amanat : Hadapi lah setiap cobaan dengan ikhlas dan berserah diri pada
Tuhan, karena setiap cobaan memiliki hikmah tersendiri tergangtung cara kita
menyikapi dan mengambil makna dari kejadian tersebut.
D.
UNSUR
EKSTRINSIK
a.
Latar belakang
pengarang : Tere Liye yang dalam bahasa India artinya Untuk Mu.
b.
Sisi
agama : Penanaman nilai-nilai ibadah
yang dimulai ketika masih kecil. Dan untuk bisa menerima cobaan dengan lapang
dada.
c.
Sisi
Moral : Mengajarkan untuk selalu
berbuat baik kepada sesama.
d.
Sisi
Sosial : Saling tolong menolong
dalam kehidupan.
e.
Sisi
Pendidikan : Memberikan pelajaran
agama,moral,akhlak,social bagi anak dimulai
dari lingkungan keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar